Malem ini adalah malam terakhir di tahun 2012. Seperti biasa
gw menyambut tahun baru di kota kelahiran gw, ini tidak pernah berubah dalam
beberapa perayaan tahun baru terakhir. Jujur kali ini gw merasa tahun barunya
sepi banget. Sempet tadi keluar sebentar beli makanan, eh di jalan masih sepi aja.
Memang sih bunyi kembang api dan mercon sudah terdengar sejak beberapa hari
yang lalu, namun tetap saja itu hanya di beberapa tempat.
Sekarang pukul 10 p.m, kurang lebih 2 jam lagi sebelum tahun
baru 2013. Gw duduk sendiri diatas kursi dengan ditemani laptop dan menulis
ini. Gw ngga tau mau nglakuin apa, jadi ya akhirnya mutusin buat nulis aja.
Kakak lagi nonton tv, dan bunda lagi tidur.. hhmmm..benar2 tahun baru yang
sangat bisaa. Well, gw ngga mau ngbahas ‘kebisaaan’ tahun baru gw. Sekarang gw
cuma pengen mencurahkan apa yang gw rasakan saat ini duduk menyendiri di ruang
tamu dengan beberapa makanan dan minuman ringan yang sebenarnya sudah tidak
menarik lagi buat gw karna udah kenyang. Satu gelas bir sudah cukup membuat
perut gw berasa kembung. Sebenernya terlepas dari semua makanan yang tersedia,
ada satu hal yang gw tunggu-tunggu, yaitu SMS. Datang sih sms yang dimaksud,
tapi ternyata isinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.hehe.. Gw mau
menganggap itu ngga terjadi aja deh, biar ngga harap-harap cemas. Haha..
Entah kenapa sekalipun ini tahun baru yang seharusnya ramai,
gw merasa sangat sepi dan tenang..ya, tenang. Sekalipun bunyi kembang api dan
mercon sedikit memekakkan telinga, gw anggap mereka cuma pelengkap yang
menghiasi ketenangan dan kebahagiaan itu. Gw duduk di ruang tamu sendiri. Jujur
gw seneng dengan pencahayaan di ruang tamu ini, sangat terang, dengan kipas angin
yang menambah kesejukan.
Walaupun belum detik-detik pergantian tahun, tapi doa gw
sudah mulai gw panjatkan dari sekarang.hehe.. Gw ngga akan berbagi cerita soal
apa doa gw di pergantian tahun ini dengan spesifik. Ya masa doa pribadi
diumbar-umbar, tapi ya intinya gw pengen di tahun 2013 ini semua lebih baik. Menurut
gw tahun 2012 adalah tahun yang sangat sulit buat gw, terlalu banyak tantangan
dan rintangan yang harus gw hadapi. Syukurnya semua itu bisa gw lewatin dengan
baik, walaupun mungkin masih ada bekas-bekas yang belum selesai. Tapi gw
berharap di tahun 2013 ini, bekas itu tidak membesar bahkan kalau bisa
benar-benar menghilang. Satu hal yang selalu dalam doa gw kemanapun gw berada
adalah kesehatan dan keselamatan buat semua orang yang gw sayangi. Ngga peduli
apakah orang yang gw sayang itu sayang jg sm gw atau ngga, yang jelas doa gw
selalu buat mereka. Apapun yang mereka lakukan, entah itu baik atau buruk, yang
jelas gw tetep sayang sm mereka dan mengharapkan keselamatan mereka lebih dari
apapun.
Seperti yang pernah gw tulis di tulisan sebelumnya di blog
ini, gw selalu punya target tiap semesternya, begitu juga kali ini. Gw berharap
semoga semua target gw bisa tercapai di tahun ini, dan kalaupun belum, semoga bisa
tercapai di tahun berikutnya. Di tahun 2012, target terbesar gw udah tercapai,
dan gw pengen di tahun 2013 juga demikian. Selamat Tahun Baru 2013, semoga
semua menjadi lebih baik dan damai selalu. God bless. J
Orang sering mencocokkan lirik lagu dengan kehidupannya saat
itu. Kalau gw mengikuti style itu, mungkin gw bisa bilang lagu yang paling
sesuai sm gw saat ini adalah ‘Way Back into Love’ dari Sabrina.hehe.. terkesan
agak melankolis, tp ya itu kenyataannya. Sekian lama gue sendiri, menyambut
mereka yang mencoba datang ke kehidupan gue tanpa satupun gue berikan approval.
Gw orangnya memang susah, susah memberikan persetujuan akan sesuatu kalo gw
ngga yakin banget. Ya beginilah jadinya, sampe sekarang gw menjomblo.hehe..
jujur sebenarnya selama ini gue menikmati kesendirian gue. Keluarga, teman2,
prestasi, dan mimpi2 yang gue miliki selama ini sebenernya sudah membuat
perhatian gue teralihkan dari yang namanya pacar. Saat itu gue merasa belum
benar2 membutuhkan yang namanya pacar. Tapi sekarang gue sadar, ngga ada
satupun manusia yang sanggup hidup sendiri selamanya. Kalau sekarang ditanya
apa gue udah mau pacaran lagi apa ngga, jujur gue bingung. Di satu sisi gue
pengen ada orang yang gue perhatiin dan merhatiin gue, berbagi cerita satu sama
lain, dan melakukan banyak hal bareng, tapi di sisi lain gue merasa belum siap.
Gue ngga tau belum siapnya kenapa, apa mungkin karna udah sekian lama jomblo?
Jadi seolah susah mengubah kebiasaan dengan adanya orang baru? Mungkin kalo
liat istilah kerennya, namanya resisten.. haha..tp kalo dibilang resisten
kyknya sih agak berlebihan ya.. hhhhmmm..gak tau deh, yang pasti yang gue
rasain sekarang gue pengen mencoba membuka hati lagi. Tp bukan berarti
keputusan membuka hati ini membuat gue jadi sembarangan milih pacar ya.. gue
harus tetep memperhitungkan segala sesuatunya sebelum memutuskan. Yah kalo liat
lirik ‘Way Back into Love’, itulah persis yang gue rasain. Hehe.. untuk sekedar
mengingatkan liriknya kyk apa, gue tulis deh liriknya.. ini diaa… :)
I've been living with a shadow overhead,
I've been sleeping with a cloud above my bed,
I've been lonely for so long,
Trapped in the past,
I just can't seem to move on!
I've been hiding all my hopes and dreams away,
Just in case I ever need 'em again someday,
I've been setting aside time,
To clear a little space in the corners of my mind!
All I wanna do is find a way back into love.
I can't make it through without a way back into love.
Ooo hooow
I've been watching but the stars refuse to shine,
I've been searching but I just don't see the signs,
I know that it's out there,
There's gotta be something for my soul somewhere!
I've been looking for someone to she'd some light,
Not somebody just to get me through the night,
I could use some direction,
And I'm open to your suggestions.
All I wanna do is find a way back into love.
I can't make it through without a way back into love.
And if I open my heart again,
I guess I'm hoping you'll be there for me in the end!
There are moments when I don't know if it's real
Or if anybody feels the way I feel
I need inspiration
Not just another negotiation
All I wanna do is find a way back into love,
I can't make it through without a way back into love,
And if I open my heart to you,
I'm hoping you'll show me what to do,
And if you help me to start again,
You know that I'll be there for you in the end!
Ngga semua yang lo pengen bisa lo dapet. Ya, itulah yang
pengen gue bahas sekarang. Kadang orang ketika mendapatkan sesuatu yang ia
inginkan, ia sangat bahagia, seolah merasa semuanya bisa didapatkan. Itulah
yang pernah terjadi beberapa kali selama fase hidup gue. Gue selalu punya
target tiap semesternya, dan target itu pasti berbeda-beda. Gue sebenarnya ngga
terlalu kaku dengan target gue, artinya ketika gue belum bisa dapetin, gue akan
coba di semester berikutnya lagi. Tapi terkadang ada beberapa hal yang ngga bisa
gue set seperti itu. Gue emang tertarik sm hal-hal internasional, dan gue
sering banget cari informasi yang berkaitan dengan dunia internasional,
termasuk event2 internasional yang gratisan yang mungkin bisa gue ikutin.
Kadang ada beberapa event yang bikin gue tertarik banget sampe gue bener2
pengen banget bisa lolos dan mengikuti event tersebut. Dari sekian event yang
gue apply selama ini lancar2 aja, gue keterima di beberapa yang gue pengen
walaupun pada akhirnya ngga jadi berangkat karna beberapa pertimbangan. Tapi
setidaknya gue puas karna gue diterima. Sekarang pertanyaannya, apakah yang
terjadi ketika dulu apapun yang lo pengen bisa lo dapet dan sekarang yang
terjadi malah sebaliknya? Baru2 ini ada 2 event yang gue daftar, tp sialnya tak
satupun nerima gue. Rasanya sakit banget, mungkin rasanya sama kyk ditolak sm
orang yang kita incer. Walaupun gue ngga tau gimana rasanya ditolak sm gebetan
(karna belum pernah nembak), tp gue yakin itu rasanya sakit. Ya, begitulah
rasanya kira2. Jujur gue kecewa banget ngga berhasil lolos ke salah satunya.
Gue tau itu seleksinya ngga mudah, satunya cuma dipilih 15 se ASIA, dan satunya
lagi dipilih cuma 20 se dunia. Memang sih sedikit ngga mungkin gue bisa lolos,
tapi entah kenapa gue bener2 berharap. Dan ketika gue tau gue ngga keterima di
salah satu pun, gue sedih dan kecewa. Sekalipun kemungkinannya sangat kecil
bahwa gue akan lolos, tapi gue tetep percaya diri bahwa gue bakalan lolos.
Mungkin ini juga akibat beberapa waktu lalu yang gue lolos di hampir setiap
event yang gue daftar. Jadi gue kyk merasa terlalu pede bakalan lolos di semua
event. Well, disinilah gue harus sadar. Gue harus sadar bahwa ngga semuanya
bisa orang dapetin. Ngga semuanya akan terjadi sesuai dengan apa yang lo
pengen. Sebenernya jujur gue orangnya sangat realistis, namun terkadang ada
beberapa hal yang menghambat kita untuk berpikir realistis saking besarnya
keinginan untuk mendapatkan hal tertentu. Well, dari sini gue belajar untuk
ngga terlalu berharap akan suatu hal, karna ketika lo gagal ngedapetinnya, lo
bakalan sakit banget. ..
Pernah ngga ngalamin yg namanya nangis tiba2? Gue pernah.
Saat itu gue ada di dalam taxi, perjalanan pulang ke Depok dari hotel tempat
bunda menginap. Itu adalah sehari setelah kepulangan gue dari Singapore. Karena
bunda sedang menginap di salah satu hotel di Jakarta, jadi gue mutusin menginap
dulu disana sehari sebelum pulang ke Depok.
Selama di dalam taxi gue sedang mikirin sesuatu yang
pastinya rahasia. Gue mikirin itu terus dr awal sampai pertengahan jalan .
Padahal itu hal yang menyenangkan, tapi entah kenapa wajah orang yg selalu gue
rindukan tapi tidak pernah terbalas itu tiba2 muncul dan air mata dengan
semangatnya keluar dr mata gue. Gue bahkan sama sekali ngga bisa nahan. Gue
malu dong sm supir taxinya nangis disana, tp mau gmn lagi air mata terus
menerus keluar. Emang sih ngga sampai banyak banget air matanya, tp itu cukup
membuat mata dan pipi gue basah dan sedikit memerah. Gue berharap semoga si
supir taxi ngga ngeliat.
Gue bingung kenapa tiba2 dia ada di pikiran gue dan kenapa
gue nangis saking ngga tertahannya. Oke, mungkin karena hal yg gue pikirin itu
pernah sebelumnya gue lakuin sm dia. Tapi itu hal yang menyenangkan loh, kenapa
gue sampe nangis? Padahal sebelumnya gue ngga ada mikirin dia sama sekali. Saat
nangis gue langsung sadar, ternyata gue bener2 kangen sm dia. Selama ini gue
ngga pernah mengakui dan bahkan menghindari untuk mikirin dia, tapi tanpa sadar
semua itu gue tahan dan ketika sudah tidak bisa terbendung lagi semuanya
keluar. Sekian lama gue ngga ketemu dia, sekian lama gue ngga ada kontak sm
dia, ternyata semua itu membuat gue sedih, tapi sedih itu adalah kesedihan yang
gue deny. Gue sadar, pun dengan gue ngeluarin air mata, itu ngga akan membuat
gue bisa ketemu dia dan ngobrol sm dia, tp setidaknya air mata itu bikin gue
sedikit lega. Perasaan yang ditahan2 sekian lama akhirnya terkeluarkan dengan
air mata.
Malamnya di hari yang sama gue udah tidur di kosan gue di
Depok. Barang-barang gue belum semua beres dari kopor, karna gue pikir jg gue
bakal bentar lg balik ke Bali jadi ngga usah semuanya diberesin banget. Malam
itu gue tidur cukup cepat. Entah kenapa semenjak sampai ke Indo kebiasaan tidur
gue jd berubah otomatis. Dulu selama di negeri seberang gue selalu tidur jam 3
atau 4 pagi, disini gue bahkan jam 12 udah ngantuk banget. Tapi ya baguslah
setidaknya disini gue bisa mengembalikan kondisi tubuh gue yang mungkin tidak
terlalu fit karena kurang tidur. Nah, malam itu gue mimpiin dia. Dulu memang
gue hampir setiap hari mimpiin dia dengan topik yang berbeda-beda, tapi rata2
semua mimpi itu menunjukkan kebahagiaan yang ngga akan pernah lagi terjadi
antara gue sm dia. Begitu pun dengan mimpi yang sekarang. Ini ketumbenan lagi
gue mimpiin dia setelah sekian lama vakum. Di mimpi gue, kita baik2 aja, dia
selalu menunjukkan senyumnya ke gue, dia selalu menunjukkan sisi
kekanak-kanakannya ke gue. Tapi gue sejujurnya lupa detail dr mimpi gue, karena
tulisan ini pun gue tulis sehari setelah gue mimpi, jadi gue ngga bisa inget
semuanya. Tapi yang jelas intinya di mimpi itu kami bahagia, seolah tidak
pernah terjadi apa2 pada hubungan kami. Bangun dari tidur gue semakin sadar,
gue ada dalam tahap ngga bisa lagi membendung rasa rindu yang sudah sekian lama
gue tahan. Tapi pertanyaannya sekarang, apa yang bakal gue lakukan? Apakah gue bakal
nelpon dia dan mencoba memulai pembicaraan? I would say, gue ngga akan nglakuin
apapun. Gue dan dia memang sudah selesai. Walaupun kita memang pernah punya
cerita dulu, tapi gue yakin cerita itu ngga akan berlanjut sekalipun gue nelpon
dia untuk say hello. Maka gue mutusin buat diem aja. Gue sih berharap suatu
saat hubungan gue dan dia bisa baik lagi, dalam artian kita sudah tidak lagi
saling dendam dan melupakan semua hal-hal jelek yang dulu pernah terjadi. Cuma
gua ngga yakin apakah itu bisa terjadi. Yaaah..pada intinya sekarang gue ngga
terlalu berharap apa yang bakal terjadi nanti. Yang jelas prinsip gue sendiri
sih gue bakal tetep menganggap dia teman sekalipun dia tidak. Sekian dan terima
kasih.
I would say I was so blessed getting
the scholarship to study in National University of Singapore. Only few people
could get this chance, and I was one of those few.I departed to Singapore on 29th of
July 2012 and was back home on 10th of December 2012. So it’s about
4,5 months staying in a slightly different country compare to Indonesia.
During my exchange program for one
semester there, I was taking 5 modules in total with 3 examinable modules (12
modular credits) and 2 audit modules. Audit module means we’re taking that
module only for adding knowledge by joining the class but not examinable. So we
don’t need to do neither assignments nor the exams.
However, for the tutorials it’s optional.My examinable modules were Adolescent Psychology, Public Sector
Organizational Behavior, and Theories of Communication and New Media, and my
audit modules were Introduction to Politics and Social Work. Those 3 examinable
modules were under different department, which were Psychology Department,
Political Science Department, and Communication and New (CNM) Department
respectively. My major is actually psychology, but since I heard that
Communication and New Media Department in NUS is the third best in world, so I
decided to take one module under that department. I also realized I had a keen
interest to social and political issues, that’s why I was taking some modules
from outside Psychology Department but there was still a correlation to
psychology that could benefit me and my major.
Honestly I think the lecture I
attended there in NUS was not really different with what I have in UI. There
must be some differences but not really significant, such as the readiness of
the lecturers before conducting the lecture, the way they encourage their
students to study, the academic system used by NUS to assess their students,
and so on. I think the lecturers there were always ready to teach. The one that
I found in UI, sometimes the lecturers weren’t ready with the materials and came
to the class so late. In NUS, you wouldn’t find lecturer came to class late.
About the academic system, NUS used bell curve system, which was the
performance of individuals in class were assessed by looking at the other
student’s performance. So it means even though we got 90 in an exam, but the
other students got more than that, we might only score B, B-, or even below.
That was the challenge there. Sometimes I was feeling like disappointed every
time I saw I only scored B in the exam I was so confident in answering.
Moreover, students of NUS were working so hard. They studied all the night and
day. Almost all students have already read the materials given the next day. In
the class, they didn’t really speak up, but when they were asked to make an
essay, they would make it so perfect. Sometimes I thought they had no life
since they used most of their time to study.
I was staying in University Town,
which were the buildings with luxurious facilities prepared especially for NUS
students. At first, I didn’t get any room inside campus but I appealed again
and I got it. But the room was assigned randomly so in my case I couldn’t
choose in which type of dorm I would be staying. So far I liked staying there.
But the one that I didn’t like were just the rates and the foods. It was so
expensive. Even my friends from economically developed countries such as U.S,
Japan, Netherland, Australia, France, and Germany still thought that it’s
expensive. I had no choice, so I kept staying there for the whole semester with
limited budget. I was still okay with that since I got a very convenient place
and experience there. The foods were actually good in terms of quantity, but
not quality. It’s actually very healthy and nutritious with a big portion they
gave to us, but the taste was honestly so-so. I was not so happy with the foods
but at least by making meal plans compulsory there, I was accustomed to eat
regularly every day. The name of my building was Residential College 4, the
newest building which was much closed to the street. There were not many people
staying there because it’s still new so there were still many things under
construction. Anyway, there was no problem so far.
During my exchange program in
Singapore, I didn’t only study, but I also did some activities outside class,
such as Judo, Best Buddies Singapore, Group Dance, and so on. I understood that
this was a great chance so I wanted to explore myself and dig my talent through
several activities that I thought I couldn’t get in my University as well as in
my country. Judo is actually everywhere, I can also join judo in Indonesia but
since I thought that the atmosphere would be different if I joined it in NUS,
so I decided to join it there. For best buddies Singapore, I never even heard
about this before in Indonesia. Best buddies is actually an organization that
stands to help intellectually disabled people to explore themselves and improve
their skills so that they will still be accepted in the society and ready to
work. It’s a befriended program with me and some other NUS students as
volunteer to become a buddy of the intellectually disabled person. We were
paired based on the similarities of hobbies and interests that we had. The
volunteers were asked to take their buddy out at least once a month and call
them at least once a week. I think it was a very good program since we could
make friends not only with the disabled people but also with other generous volunteers.
Best buddies have many branches, such as in The Philippines, Thailand, U.S., Singapore,
and so on. However, Indonesia doesn’t have it yet. I hope such program could be
established soon in Indonesia. Other than Best Buddies and Judo, I also joined
many activities arranged by International Relation Office of NUS special for
exchange students. I always came to every event they created. In the end of the
semester, in the farewell party, me and the other 9 exchange students performed
a dance which was choreographed by one of us.
Well, to sum
up I would like to say thank you to UI who had given me the scholarship to
experience one semester study in NUS. There were so many things I got there that
taught me about life and success. I hope in the future, there will be many
other exchange programs for UI students to the countries all across the globe. I am
sure, if we come to the countries which are quite different in terms of culture
and environment; we could learn even more than what I already got in Singapore.
Thank you.