Semua orang punya cerita yang unik
dengan orang lain. Tidak satupun cerita itu sama. Begitu pun dengan ceritaku
dengan temanku yang sangat aku sayangi, Robby Rifal Hamdani. Ia memang adalah
temanku, tetapi bukan hanya sekedar teman. Banyak cerita yang ada diantara kami
yang membuatku susah menerima kenyataan bahwa ia telah dipanggil oleh Sang
Pencipta. Orang yang supel, ceria, nakal, selalu membuat orang lain tertawa
dengan tingkahnya, dan tentu saja seseorang yang memiliki banyak mimpi dalam hidupnya.
Tadi pagi aku mendengar kabar bahwa
ia meninggal dunia karena tersambar petir ketika mendaki gunung di Wonosobo.
Rasa ini antara percaya dan tidak percaya. Badanku langsung lemes dan tanganku
bergetar. Aku berusaha mengkonfirmasi berita ini dengan teman-teman yang lain,
dan ternyata ini memang kenyataan. Rifal yang dulu ketika SMA adalah sosok yang
sangat nakal tapi ngangenin, yang ketika kuliah berubah menjadi seseorang yang
visioner telah meninggal dunia. Sejenak aku menaruh HPku dan mengenang kembali
kenanganku dengan dia.
Dulu saat SMA kami pernah dekat.
Ketika sekolah mengadakan kemah di lereng gunung batur, ia sering kali
mendatangi tendaku untuk hanya sekedar manyapaku. Setengah dari rombongan kemah
tersebut mendaki gunung Batur dengan perjalanan dimulai pukul 3 dini hari. Kami
sampai ke puncak sedikit terlambat dari terbitnya matahari, tapi kami tetap
menikmati semua keindahannya. Ketika turun ke bawah dan kembali ke perkemahan,
guru-guru menyarankan kami turun tidak sendiri, setidaknya yang wanita ditemani
oleh yang pria. Dan ketika itu Rifal langsung mendatangiku dan berkata ‘aku mau
jalan sama utik’. Aku hanya tersenyum dan akhirnya kami turun gunung bersama.
Dia setia menungguku sekalipun aku sesekali merasa lelah. Di tengah perjalanan
ia mencabut beberapa helai bunga edelweiss, bunga yang susah layu dan hanya ada
di gunung. Aku terkejut melihatnya membawa bunga itu untukku, padahal aku tau
sangat sulit untuk mendapatkannya. Dengan jailnya aku berkata ‘kok sedikit?’
sambil aku melemparkan senyum terjudesku padanya. Lalu ia berkata ‘tunggu ya,
nanti aku cariin lagi yang banyak’. Tepat ketika kami berhenti untuk istirahat
sambil melihat kawah, ia pergi sebentar dan datang lagi dengan membawa segepok
bunga edelweiss dan berkata ‘ini, udah banyak kan?’ sambil melemparkan senyum
terpuasnya. Ternyata ia memang pergi untuk mencari bunga itu. Betapa itu
membuat aku senang sekaligus tertawa geli melihat usahanya yang seperti itu.
Setelah kami tamat SMA, kami
berkuliah di tempat yang berbeda. Tapi memang pada dasarnya dia adalah orang
baik dan ramah, ia seringkali menyapaku baik di FB maupun sms, whatsapp, dll.
Ia selalu menunjukkan bahwa sekalipun kita berpisah kita tetap adalah teman dan
pertemanan itu harus dijaga selamanya. Itupun ia lakukan kepada teman-teman
yang lain. Ketika liburan semester aku pulang ke Bali, sempat beberapa kali aku
bertemu dia. Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam dirinya. Saat kami
ngobrol, dia bertanya banyak hal padaku, terutama hal-hal yang menyangkut masa
depan. Dia beruaha meyakinkan kami bahwa dia sudah tidak senakal dulu dan ingin
menjadi orang sukses di kemudian hari. Sebenarnya aku percaya dengan apa yang
dia bilang, tapi aku sering menunjukkan wajah ‘meboye’. Dia bilang dia suatu
saat nanti ingin menulis sebuah buku. Dia sudah membaca banyak buku dan belajar
dari semua buku itu. Ia ceritakan mimpi-mimpi dia kepada semuanya, tapi tak
satupun orang percaya dengannya melihat riwayat dia dulu sebagai orang yang
sangat nakal dan tidak serius.
Aku ingat ketika aku berkuliah di Singapura,
ia tiba-tiba whatsapp aku. Kami mengobrol lama disana sampai pada akhirnya dia
mengakui bahwa dulu ketika SMA dia pernah menaruh rasa denganku. Aku langsung
tertawa dan bertanya ‘trus trus?’. Dia bilang ‘iya dulu aku sempet suka sama
utik, tapi karna ada orang lain yang suka juga sm utik yang itungannya adalah
sahabatku, jadi aku mundur aja.hehe..’. Begitu jujur dan polosnya dia katakan
itu kepadaku.
Jujur aku sangat merasa
kehilangan. Seorang yang tampan dan menyenangkan yang menjadi idola banyak
wanita ternyata secepat ini harus dipanggil olehNya. Mungkin memang benar salah
seorang teman yang bilang ‘fal..kita sayang sama kamu, tapi Tuhan lebih sayang
makanya Ia panggil kamu lebih cepet..’. Ia sangat senang mendaki gunung. Banyak
gunung yang telah ditaklukkannya, dan sekarang ia pun mampu menaklukkan gunung
tertinggi, yaitu surga. Semoga apa yang ia lakukan di dunia sudah cukup
menjadikannya menerima keindahan surga itu.
Selamat jalan Rifal…. Berteman
denganmu adalah salah satu hal yang kusyukuri di dunia ini. Semoga kamu bahagia
disana.. Kami semua angkatan The Rainbow sayang kamu. Kamu telah menorehkan
sedih di hati kita semua ketika kamu berpulang, tapi kami tau inilah jalan yang
Tuhan berikan untukmu dan kami ikhlas untuk itu. Baik-baik ya disana.. :) :) :)