Dulu aku bermimpi untuk dapat
merayakan Waisak di Borobudur setidaknya sekali dalam hidup. Aku terinspirasi
dari film Arisan 2 dimana salah satu latar tempat shooting mereka adalah di
Borobudur ketika perayaan Waisak. Suasana Borobudur yang megah dan ritual pelepasan
lampion membuatku tertarik untuk melihat semuanya secara langsung. Lagipula aku
juga bisa sambil bersembahyang di sana. Aku dan teman-teman berencana berangkat
ke Borobudur sudah sejak tahun lalu, namun baru bisa terealisasi tahun ini.
Sesungguhnya aku sangat senang dan bersyukur akhirnya aku bisa benar-benar
menghadiri perayaan suci tersebut.
Namun
sayangnya perayaan Tri Suci Waisak 2557 di Borobudur kemarin banyak menimbulkan
perbincangan di kalangan masyarakat. Keributan, kegaduhan, kekacauan, adalah
kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perayaan Waisak kemarin. Aku pun yang
ada di TKP melihat secara langsung bagaimana kegaduhan itu terjadi. Dimulai
saat aku dan teman-temanku (Ajeng, Shari, Kak Hanna, dan Kak iyo) sampai di
Borobudur dan bergegas langsung membeli tiket masuk. Katanya loket mulai buka
jam 5 sore, dan kami pun tidak di sana sekitar pukul 4.30. Itungannya kami
tidak terlambat, namun melihat antrian yang cukup panjang akhirnya petugas
loket mengumumkan bahwa tiket telah habis dan kami diminta untuk masuk melalui
pintu samping. Semua pengunjung berlari-lari menuju pintu yang dituju, berasa
seperti lari sore. Sampai di pintu tersebut, banyak pak polisi yang berjaga dan
kami tidak diperbolehkan masuk. Jumlah kami sangat banyak hingga menutupi jalanan
di depan pintu. Kami keberatan karena tidak diijinkan masuk. Bukannya kami
tidak mau bayar tiket, tapi karena tiket telah habis dan panitia menyuruh kami
masuk lewat pintu itu. Negosiasi dilakukan oleh beberapa orang di antara kami. Kami
menunggu sekitar 30 menitan lebih berdiri berdesakan di depan pintu gerbang berharap
diijinkan masuk. Bahkan banyak di antara kami yang berteriak meminta masuk,
termasuk para bule. Akhirnya setelah dilakukan negosiasi dan mereka para
panitia sudah berkoordinasi, kami diijinkan masuk. Kami bergegas masuk supaya
tidak terlanjur ramai dan penuh.
Akhirnya kami dapat tempat duduk.
Tapi perjuangan belum selesai, kami harus menunggu sekitar 2,5 jam di sana
sebelum acara mulai. Hujan pun mengguyur kami yang duduk lesehan di bawah yang
hanya beralaskan karpet. Selidik demi selidik, ternyata keterlambatan mulainya
acara disebabkan karena Menteri Agama RI belum datang. Ini membuat semua
pengunjung dan umat geram sampai mencaci maki pak Menteri. Di waktu Pak Menteri
datang, semua bersorak menunjukkan kekesalan mereka. Pak Menteri jalan dengan
santainya sambil dipayungi oleh ajudannya. Kata-kata sambutan berjalan cukup
lama, pengunjung sangat emosional. Bahkan Gubernur Jawa Tengah ketika itu
sempat-sempatnya menyelipkan kata-kata kampanye karena besoknya adalah pilkada
Kabupaten Jawa Tengah. Pengunjung terlihat sangat marah sehingga membuat
keributan-keributan. Akhirnya acara persembahyangan pun dimulai. Awalnya semua
mengikuti dengan hikmat, namun karena hujan semakin deras, pengunjung pun tidak
sabar dan bahkan banyak yang naik ke altar. Altar adalah tempat yang khusus
ditunjukan untuk para biksu duduk dan melantunkan doa, namun karena pengunjung
terlalu bersemangat melihat prosesinya, mereka sampai naik ke altar mengganggu
konsentrasi para biksu, terlebih hujan deras mengguyur terus menerus. Aku dan 4
teman lainnya akhirnya pun misah. Aku bersama dengan Ajeng dan Shari, sedangkan
Kak Hanna dan Kak Iyo pergi entah kemana. Aku bertiga mengikuti semua prosesi
dengan hikmat, sekalipun banyak orang lain yang ribut ketika biksu melantunkan
doa. Kami pun bertiga ikut berjalan mengelilingi candi sebanyak tiga kali
dengan tertib. Saat itu semua pakaian kami sudah basah kuyup, namun hujan dan
basah tidak mengurungkan niat kami berdoa.
Pelepasan lampion yang seharusnya
dilakukan setelah mengelilingi candi pun urung dilakukan karena hujan yang
masih deras. Setelah itu banyak pengunjung pergi dan kami bertiga pun
memutuskan untuk pergi juga. Sialnya adalah tidak satupun dari kami bertiga membawa
HP untuk menghubungi dua teman kami yang lain. Kami hanya membawa uang yang
itupun sudah basah terkena hujan (secara kita basah kuyup kehujanan). Akhirnya
kami memutuskan untuk pergi ke salah satu kios yang menjual baju-baju khas
daerah setempat untuk meminjam HP penjual baju. Setelah kami berhasil
menghubungi teman kami, kami pun memutuskan untuk membeli baju kaos dan celana
batik yang seharga 20 ribuan hanya supaya kami tidak pulang dengan
basah-basahan. Kami pun mengganti baju kami di kios tersebut. Lucunya adalah
baju kami identik dan celana kami semua batik. Sepintas kami terlihat seperti 3
anak terminal yang kehilangan induknya.hahaha.. Saat itu hujan sudah semakin
reda, kami menerobos antrian mobil-mobil untuk menuju ke tempat bertemu dengan
2 teman kami. Sialnya adalah saat itu kami belum makan sama sekali. Kami
kelaparan dan kedinginan, persis seperti anak terlantar. Wkwk.. Syukurnya dua
teman kami datang tidak lama setelah itu dan membawakan roti untuk kami semua. Ketika
itu kami langsung memakannya (udah kayak orang ngga makan 3 hari :D). Sesaat
kemudian kak inun kami datang dengan mobilnya menjemput kami. Kami langsung
masuk dan sangat lega. Sesampai di rumah, kami langsung mandi dan kaki nun membuatkan
kami indomie rebus (betapa baiknya kak inun :*). Kami makan dan sesaat kemudian
tepar di tempat tidur karena kelelahan.
Keesokan harinya kami mendengar
berita bahwa banyak yang kesal dan marah dengan perayaan Waisak kemarinnya.
Bahkan saat prosesi di siang harinya ada salah satu pengunjung yang naik ke candi
dan berjongkok di depan Biksu yang sedang berdoa. Ada juga yang menginjak kaki
Biksu. Mendengar ini aku betul-betul kesal. Negara yang katanya toleransi
beragamanya tinggi kok perilakunya begitu. Sama sekali tidak menunjukkan sikap
menghargai antar umat beragama. Namun terlepas dari itu semua, aku sangat
menikmati bersembahyang di Borobudur tepat di hari besar Waisak. Kemegahan dan
keindahan Borobudur benar-benar terpancar dengan hiasan janur-janur kuning dan
pancaran lampu sorot yang menambah eksotisme salah satu kejaiban dunia tersebut.
Semua terasa indah dan bermakna dengan kejadian-kejadian lucu yang cukup
melelahkan. :) :) :)