Saturday, June 1, 2013

Pengalaman Waisak di Borobudur

            Dulu aku bermimpi untuk dapat merayakan Waisak di Borobudur setidaknya sekali dalam hidup. Aku terinspirasi dari film Arisan 2 dimana salah satu latar tempat shooting mereka adalah di Borobudur ketika perayaan Waisak. Suasana Borobudur yang megah dan ritual pelepasan lampion membuatku tertarik untuk melihat semuanya secara langsung. Lagipula aku juga bisa sambil bersembahyang di sana. Aku dan teman-teman berencana berangkat ke Borobudur sudah sejak tahun lalu, namun baru bisa terealisasi tahun ini. Sesungguhnya aku sangat senang dan bersyukur akhirnya aku bisa benar-benar menghadiri perayaan suci tersebut.
Namun sayangnya perayaan Tri Suci Waisak 2557 di Borobudur kemarin banyak menimbulkan perbincangan di kalangan masyarakat. Keributan, kegaduhan, kekacauan, adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perayaan Waisak kemarin. Aku pun yang ada di TKP melihat secara langsung bagaimana kegaduhan itu terjadi. Dimulai saat aku dan teman-temanku (Ajeng, Shari, Kak Hanna, dan Kak iyo) sampai di Borobudur dan bergegas langsung membeli tiket masuk. Katanya loket mulai buka jam 5 sore, dan kami pun tidak di sana sekitar pukul 4.30. Itungannya kami tidak terlambat, namun melihat antrian yang cukup panjang akhirnya petugas loket mengumumkan bahwa tiket telah habis dan kami diminta untuk masuk melalui pintu samping. Semua pengunjung berlari-lari menuju pintu yang dituju, berasa seperti lari sore. Sampai di pintu tersebut, banyak pak polisi yang berjaga dan kami tidak diperbolehkan masuk. Jumlah kami sangat banyak hingga menutupi jalanan di depan pintu. Kami keberatan karena tidak diijinkan masuk. Bukannya kami tidak mau bayar tiket, tapi karena tiket telah habis dan panitia menyuruh kami masuk lewat pintu itu. Negosiasi dilakukan oleh beberapa orang di antara kami. Kami menunggu sekitar 30 menitan lebih berdiri berdesakan di depan pintu gerbang berharap diijinkan masuk. Bahkan banyak di antara kami yang berteriak meminta masuk, termasuk para bule. Akhirnya setelah dilakukan negosiasi dan mereka para panitia sudah berkoordinasi, kami diijinkan masuk. Kami bergegas masuk supaya tidak terlanjur ramai dan penuh.
       Akhirnya kami dapat tempat duduk. Tapi perjuangan belum selesai, kami harus menunggu sekitar 2,5 jam di sana sebelum acara mulai. Hujan pun mengguyur kami yang duduk lesehan di bawah yang hanya beralaskan karpet. Selidik demi selidik, ternyata keterlambatan mulainya acara disebabkan karena Menteri Agama RI belum datang. Ini membuat semua pengunjung dan umat geram sampai mencaci maki pak Menteri. Di waktu Pak Menteri datang, semua bersorak menunjukkan kekesalan mereka. Pak Menteri jalan dengan santainya sambil dipayungi oleh ajudannya. Kata-kata sambutan berjalan cukup lama, pengunjung sangat emosional. Bahkan Gubernur Jawa Tengah ketika itu sempat-sempatnya menyelipkan kata-kata kampanye karena besoknya adalah pilkada Kabupaten Jawa Tengah. Pengunjung terlihat sangat marah sehingga membuat keributan-keributan. Akhirnya acara persembahyangan pun dimulai. Awalnya semua mengikuti dengan hikmat, namun karena hujan semakin deras, pengunjung pun tidak sabar dan bahkan banyak yang naik ke altar. Altar adalah tempat yang khusus ditunjukan untuk para biksu duduk dan melantunkan doa, namun karena pengunjung terlalu bersemangat melihat prosesinya, mereka sampai naik ke altar mengganggu konsentrasi para biksu, terlebih hujan deras mengguyur terus menerus. Aku dan 4 teman lainnya akhirnya pun misah. Aku bersama dengan Ajeng dan Shari, sedangkan Kak Hanna dan Kak Iyo pergi entah kemana. Aku bertiga mengikuti semua prosesi dengan hikmat, sekalipun banyak orang lain yang ribut ketika biksu melantunkan doa. Kami pun bertiga ikut berjalan mengelilingi candi sebanyak tiga kali dengan tertib. Saat itu semua pakaian kami sudah basah kuyup, namun hujan dan basah tidak mengurungkan niat kami berdoa.
            Pelepasan lampion yang seharusnya dilakukan setelah mengelilingi candi pun urung dilakukan karena hujan yang masih deras. Setelah itu banyak pengunjung pergi dan kami bertiga pun memutuskan untuk pergi juga. Sialnya adalah tidak satupun dari kami bertiga membawa HP untuk menghubungi dua teman kami yang lain. Kami hanya membawa uang yang itupun sudah basah terkena hujan (secara kita basah kuyup kehujanan). Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke salah satu kios yang menjual baju-baju khas daerah setempat untuk meminjam HP penjual baju. Setelah kami berhasil menghubungi teman kami, kami pun memutuskan untuk membeli baju kaos dan celana batik yang seharga 20 ribuan hanya supaya kami tidak pulang dengan basah-basahan. Kami pun mengganti baju kami di kios tersebut. Lucunya adalah baju kami identik dan celana kami semua batik. Sepintas kami terlihat seperti 3 anak terminal yang kehilangan induknya.hahaha.. Saat itu hujan sudah semakin reda, kami menerobos antrian mobil-mobil untuk menuju ke tempat bertemu dengan 2 teman kami. Sialnya adalah saat itu kami belum makan sama sekali. Kami kelaparan dan kedinginan, persis seperti anak terlantar. Wkwk.. Syukurnya dua teman kami datang tidak lama setelah itu dan membawakan roti untuk kami semua. Ketika itu kami langsung memakannya (udah kayak orang ngga makan 3 hari :D). Sesaat kemudian kak inun kami datang dengan mobilnya menjemput kami. Kami langsung masuk dan sangat lega. Sesampai di rumah, kami langsung mandi dan kaki nun membuatkan kami indomie rebus (betapa baiknya kak inun :*). Kami makan dan sesaat kemudian tepar di tempat tidur karena kelelahan.
         Keesokan harinya kami mendengar berita bahwa banyak yang kesal dan marah dengan perayaan Waisak kemarinnya. Bahkan saat prosesi di siang harinya ada salah satu pengunjung yang naik ke candi dan berjongkok di depan Biksu yang sedang berdoa. Ada juga yang menginjak kaki Biksu. Mendengar ini aku betul-betul kesal. Negara yang katanya toleransi beragamanya tinggi kok perilakunya begitu. Sama sekali tidak menunjukkan sikap menghargai antar umat beragama. Namun terlepas dari itu semua, aku sangat menikmati bersembahyang di Borobudur tepat di hari besar Waisak. Kemegahan dan keindahan Borobudur benar-benar terpancar dengan hiasan janur-janur kuning dan pancaran lampu sorot yang menambah eksotisme salah satu kejaiban dunia tersebut. Semua terasa indah dan bermakna dengan kejadian-kejadian lucu yang cukup melelahkan. :) :) :)

No comments:

Post a Comment