Tuesday, June 25, 2013

Renungan Malam ^^



       Setiap manusia butuh menyayangi dan disayangi. Kasih sayang itu bisa diperoleh dari hubungan kita dengan dunia di luar kita, baik itu hubungan dengan Tuhan, orang lain, bahkan alam. Semua aspek kehidupan itu memberikan makna hidup yang berbeda dan menyayangi kita dengan cara yang berbeda. Manusia butuh kasih sayang dari ketiganya. Satu saja sumber kasih sayang itu hilang, akan membuat menusia kebingungan dan berusaha mencari-cari kasih sayang itu lagi.
     Katakan saja kasih sayang dengan sesama manusia. Manusia terlahir sudah memiliki keluarga, setidaknya minimal ibu. Kita hidup dan dibesarkan dalam sebuah keluarga. Mereka menyayangi kita dengan tulus tanpa pamrih. Tapi apakah kasih sayang dari keluarga saja cukup? Tidak. Kehadiran manusia lain di dunia ini membantu kita untuk bertahan hidup. Secara naluriah, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain, dengan tingkat dan jenis kebutuhan yang berbeda. Dalam hal ini kebutuhan yang terpenting adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Tidak ada orang yang tidak suka hidup dengan bergelimang cinta. Materi tidak seprestis cinta, karena materi hanya memberikan kebahagiaan dalam hal tertentu saja, tapi cinta bisa memberikan yang lebih kompleks daripada itu.
     Hidup menjadi lebih bahagia dan bermakna dengan cinta. Seringkali manusia berpikir tidak mendapatkan cinta dari orang lain, padahal tanpa ia sadari banyak orang-orang di sekitarnya yang peduli dan menyayanginya. Hanya mungkin ia tidak mau membuka diri untuk menerima cinta dan kepedulian yang orang lain berikan tersebut. Sehingga yang ada hanyalah sebuah pengharapan yang tidak ada ujung.
       Itu dari perspektif orang lain kepada kita, tapi bagaimana ceritanya kalau kita kepada orang lain? Tidak hanya kita, orang lain pun membutuhkan cinta dan bisa jadi salah satunya didapatkan dari kita. Hanya saja ada beberapa orang yang merasakan kehampaan karena tidak merasakan cinta sejak sekian lama. Hidup terasa hampa dan seolah tidak berwarna. Kalau kata orang, cinta itu tidak harus memiliki. Memang betul, karena hanya dengan merasakan dan menikmati cinta itu saja sudah cukup membuat kita bahagia. Bayangkan saja orang-orang yang susah mencintai dan menjalin hubungan percintaan dengan orang lain. Hidupnya seolah tidak ada dinamikanya. Mungkin ia ingin fokus dengan hal-hal lain yang ia anggap lebih penting dari cinta. Tapi apakah itu akan bertahan lama? Semakin lama kita berfokus dengan hal-hal lain itu, semakin lama kita hidup dengan dunia tanpa cinta yang pada akhirnya menghantarkan kita pada sengsara dan memperoleh kenyamanan dengan diri sendiri. Sekian lama hidup tanpa cinta itu melelahkan. Sekalipun orang-orang bilang cinta itu menyakitkan, tapi untuk orang-orang yang absen dari cinta sekian lama pasti akan lebih memilih sakit karena cinta daripada biasa aja (ngga sakit maupun bahagia) tapi tidak punya cinta. Perasaan biasa saja itu menipu. Kita berpikir kita bahagia, padahal sebenernya hampa.

Berbahagialah orang-orang yang mampu menebar cinta dengan mudah, karena hidupnya pasti bahagia.

6 comments:

  1. Mungkin salah satu masalahnya menurut putri adalah bagaimana seseorang merasakan cinta, tapi menurut gw ada hal lain yang mempengaruhi, yaitu cara setiap orang mengungkapkan cinta itu.

    Kalimat 'cinta itu tak harus memiliki' tidak berlaku untuk semua orang, bukan? kalau masing-masing jujur untuk untuk bertanya kepada diri sendiri, apakah kita memang bisa untuk membiarkan orang yang kita cintai tidak kita miliki sepenuhnya. Karena sepenglihatan gw banyak orang menganggukkan kepala, setuju dengan kalimat itu setelah cintanya tidak diterima oleh orang yang ia cintai. Meskipun ada juga beberapa orang, tidak banyak memang, yang memang tidak masalah untuk tidak memiliki orang yang ia cintai.

    Karena ia sudah bahagia, sangat bahagia bisa dekat, bisa bersenda gurau, bisa tertawa bersama, bisa berjuang bersama, atau sekedar mendapatkan senyum dari orang yang ia cintai. Senyum tersebut bisa membuat harinya menjadi salah satu hari terindah dalam hidupnya, kalau ia memaknainya seperti itu.

    Apa hubungannya dengan mengungkapkan? Mungkin ia takut apabila ia mengungkapkan cintanya kepada orang yang ia cintai, senyum yang selama ini telah ia perjuangkan agar bisa didapatkan olehnya, akan hilang. Entah karena ditolak cintanya, ataupun berpikir jauh lebih panjang lagi. Cintanya diterima, namun ia takut cinta antara dirinya dan orang yang ia cintai akan hilang karena berbagai alasan bersamaan dengan kebersamaan mereka. Masih banyak alasan-alasan lain, karena hidup itu sulit diprediksi bukan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

    Ada kalimat, bagaimana bisa aku takut jatuh sementara dalam kata jatuh cinta sendiri ada kata jatuh. Mungkin kalimat itu tidak berpengaruh kepada beberapa orang, dan berpengaruh kepada orang lain. Tapi kita bisa mempengaruhi orang untuk sependapat dengan kita.

    Mungkin putri udah paham banget, tapi gw cuma mau ngingetin aja :). Apabila kita, sebagai orang yang ingin cinta dan kepedulian kita dianggap dan diterima oleh orang yang kita cintai, kemudian kita juga lebih siap untuk jatuh dibanding orang tersebut menurut kita, tidak ada salahnya untuk memberitahu dan menyadarkan dirinya, bahwa cinta kita ada untuknya. Apabila dia memang orang yang menghargai dan terbuka untuk cinta kita, dia akan menganggukkan kepalanya dan menerima cinta kita. Oke? Goodluck putri :)

    ReplyDelete
  2. huuuuuuaaaaaa....rismart....aku terharu bacanya... Ngga nyangka lo bisa bikin kalimat2 beginian..huahahaha... >_<


    Iya bener mart. Mungkin mau nambahin aja soal 'cinta itu ngga harus memiliki'. Buat orang-orang yang percaya akan hal itu, bukan hanya orang2 yang ditolak cintanya atau memang ikhlas2 aja org yg dicintainya bersama orang lain. tapi ada juga yang memang mereka saling mencintai tapi tidak mungkin bisa bersama, jadi 'cinta itu tidak harus memiliki' pun dipercaya bisa sedikit melegakan hati orang2 yg mengalami itu.

    memang bener masalah mengungkapkan cinta itu juga masalah yg besar. skrng tergantung kitanya bisa apa ngga nerima apapun respon orang itu dengan lapang dada. tapi seringkali yg gw alamin memang gw orangnya susah mulai mencintai orang. sekalipun gw merasa suka atau sayang sm orang, seringkali itu cm perasaan sesaat. tapi ketika perasaan gw ke orang udh dalem banget, akan bertahan untuk selamanya.hehehehe...
    Kok jadi curhat begini.. >_<

    ReplyDelete
  3. Wuahaha syukurlah kalo putri terharu bacanya, ga sia" gw nulis dari sore sampe malem huehuehue

    Setuju banget sama momen ketika memang keduanya tidak mungkin bisa bersama, karena berbagai hal yg sulit untuk diperjuangkan, seperti perbedaan agama, status sosial, atau sekedar jarak jauh yg memisahkan mereka untuk jangka waktu yg lama.

    Menjadi dilema ketika mereka berdua dihadapkan pada situasi seperti itu, dan pada saat itu cinta mereka seakan dipertanyakan. Di satu sisi, ada pandangan bahwa mereka harus mempertahankan cinta mereka dengan selalu bersama menghadapi berbagai cobaan. Namun disisi lain, tidakkah kita bahagia apabila orang yg kita cintai juga bahagia dan tidak menderita? Dengan mereka berpisah, keduanya bisa menjalani hidup yg mungkin, lebih bahagia, dengan masa depan yg juga mungkin lebih untuk keduanya.

    Namun semuanya kembali lagi kepada kedua orang tersebut, untuk memilih jalan mana yg akan mereka berdua tempuh. Cinta juga bagian dari hidup, dan hidup dipenuhi oleh berbagai pilihan. Sehingga cinta tidak akan pernah luput dari memilih. Dimulai dari awal saja, kita memilih siapa yg kita cintai dan pantas untuk mendampingi kita, kemudian selanjutnya hubungan kita dengannya akan selalu dihiasi dengan pilihan" hingga akhirnya.

    Ketika putri susah mencintai orang menurut perspektif putri, apakah itu menjadi suatu masalah buat putri? Justru gw melihatnya sebagai kemampuan putri untuk memilih dengan baik siapa yg pantas untuk putri, apabila gw bandingin dengan orang" yg membuka dirinya hanya dengan perasaan sesaat, dan ketika mereka sudah bersama barulah perasaan itu perlahan hilang dan hubungan mereka memudar. Ada orang yg bilang sama gw, semuanya butuh waktu dan bersabar hingga waktu menunjukkan semuanya adalah yg terbaik. Selain itu, melaju dengan cepat memang baik, tetapi ada baiknya tidak dilakukan dengan tergesa" untuk akhir yg lebih baik.

    Kemudian, apakah perasaan putri yg sangat dalam dan bertahan dalam jangka waktu yg panjang itu muncul dalam waktu yg cepat? Kalau tidak, menurut gw itu adalah modal putri untuk membangun cinta yg sempurna. Karena seperti yg sama" kita tahu, cinta yg sempurna menurut Stenberg (consummate love) tidak hanya membutuhkan passion dan intimacy yg sifatnya muncul dalam waktu yg relatif singkat, tapi juga commitment yg muncul dari waktu yg kita lalui dalam membina hubungan cinta kita.

    Semangat terus putri :)

    ReplyDelete
  4. I like your comments Rismart..hehe..

    Soal yang susah mencintai itu, kalau yg kyk lo bilang mungkin itu memang terkait dengan kemampuan gue buat memilih orang yang tepat buat gue. Cuma kadang gue mikir, gue sesusah itu cinta sm orang, sesusah itu untuk memilih karena gue pikir ngga sesuai sm gue. Semua itu membuat gue seolah-olah mencari orang yang sempurna buat gue, padahal gue pun bukan orang sesempurna itu. Dalam hal ini, gue rasa gue harus belajar buat nerima kekurangan orang lain, bukan cuma kelebihannya aja. dengan gue bisa seperti itu, mungkin gue akan lebih bisa untuk menumbuhkan cinta ke orang itu. Selama ini gue banyak refleksi dari hubungan2 gue sebelumnya. Mngkn gue terlalu egois, menuntut seseorang untuk bisa menyesuaikan diri sm gue, padahal gue pun seharusnya bisa juga menyesuaikan diri dengan orang itu.

    hehehehhe...nice to talk to you about this Rismart.. Kalau interaksi sm lo langsung kyknya kata-kata kyk gini dr lo gk bakalan keluar deh.hahahaha.. :D

    ReplyDelete
  5. Hmm.. gw juga terkadang punya pemikiran yang sama.. tapi mungkin dalam perspektif yang sedikit beda. Gw cerita sedikit ya..

    Putri mungkin udah tau kalo gw cukup emosian. Hampir semua orang yang cukup deket sama gw udah kena damprat karena berbagai alasan, yang terkadang sepele.

    Tadinya gw menganggap bahwa semua orang yang harusnya memaklumi bahwa gw orangnya emosian. Gw menganggap setiap kali gw marah, itu hanyalah karena gw pengen bilang kepada orang yang gw marahin bahwa dia salah. Dan seringkali, orang yg gw marahin itu juga ga bisa buktiin bahwa dia ga salah, dan hanya ngedumel ga jelas. Itu mendorong gw untuk tetap bersikukuh bahwa amarah gw kepada orang lain itu ga salah sama sekali. Justru orang lain itu yang harus menerima bahwa diri dia salah.

    Hingga akhirnya, ada temen gw yang ngomong ke gw. Dia menyarankan gw untuk menyapa setiap orang yang gw kenal di kampus, kemudian sekedar ngobrol singkat tentang topik apapun. Gw pada saat itu agak males buat ngelakuin apa yang temen gw saranin itu. Karena gw agak males basa-basi, dan kalo ngomong lebih suka yang straight to the point, dan kalo ngomong ya seperlunya aja. Namun gw coba lakuin juga, tapi cuman sampe sekedar nyapa, dan abis itu udah tanpa basa-basi.

    Tapi dari sekedar cuma nyapa itu, lama kelamaan gw yang tadinya ga terlalu kenal siapa-siapa jadi bisa lumayan kenal sama kiri-kanan kalo dikampus. Dan semakin kesini gw udah mulai bisa ngobrol-ngobrol bareng sama temen-temen lain, meskipun kadang-kadang juga sering diem. Dari ngobrol-ngobrol itu, gw jadi tau bahwa engga semua perspektif gw itu bener, terutama untuk hal-hal yang gw belum pernah alami. Dari situ, gw mulai berenti untuk mengkritik dan menganggap orang lain itu salah. Karena pengalaman setiap orang dan interpretasi mereka terhadap pengalaman mereka itu unik dan berbeda-beda dari berbagai sudut pandang. Meskipun, terkadang gw masih juga keras kepala dan menganggap kalo diri gw sepenuhnya bener.

    Masalah lain, adalah untuk hal-hal yang udah pernah gw alami sendiri. Gw masih suka ngotot dan marah-marah sama orang kalo dia salah dalam hal yang udah pernah gw alami sebelumnya. Jadi kesimpulannya, sampai sekarang pun gw masih menjadi orang yang emosian dan keras kepala.

    Gw yang emosian dan keras kepala itu, membuat gw agak ragu untuk menjalin hubungan yang lebih kepada orang lain. Mungkin berkaca ke hubungan terakhir gw juga. Jadinya, seringkali ketika udah deket, gw malah berusaha untuk merenggangkan kembali hubungan itu. Cuma karena gw sampe takut kalo dia sedih kalo didamprat abis-abisan sama gw ketika udah bener-bener deket. Di satu sisi, ketakutan itu jelas nyiksa di gw untuk jauh dari orang yang udah deket, tapi selalu gw menganggap bahwa lebih baik sekarang direnggangkan daripada nantinya lebih sakit.

    Namun akhir-akhir ini gw kepikiran, itu semua hanya ada di bayangan gw. Apakah iya, nantinya setelah hubungan gw menjadi bener-bener deket semua yang ada di bayangan gw akan terjadi. Terus gw coba ngomong ke beberapa orang, dan ada yang ngasih advice yang cukup kena di gw. Dia bilang kalo gw udah ngambil pilihan yang aneh, toh gw udah tau kalo salahnya ada di gw yang sering marah-marah dan seharusnya bisa diubah, kenapa gw ga bisa nentuin tindakan apa yang seharusnya gw lakuin ketika nantinya gw udah menjalin hubungan lebih dengan seseorang.

    Dan gw dapet suatu insight, mungkin tindakan gw marah-marah memang bener menurut gw. Tapi kalo karena tindakan yang 'benar' itu gw harus terus mengorbankan perasaan gw, apakah itu tetap harus gw pertahankan 'kebenarannya'?. Mungkin saatnya untuk gw mengorbankan ego yang ada di dalam diri gw, dan berusaha untuk lebih menghargai orang lain. Lebih jauh, gw juga harus percaya kepada orang lain apabila yang ada di bayangan gw benar-benar terjadi, dia akan memaklumi dan membantu gw untuk mengatasi masalah itu nantinya.

    ReplyDelete
  6. Oke, curhat gw cukup panjang juga, semoga engga cape bacanya :p
    Intinya menurut gw adalah, dengan kita menyadari kelemahan kita dalam menjalani hubungan dengan orang lain, itu baik untuk diri kita. Karena mungkin, kita sudah bisa menentukan tindakan-tindakan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi kelemahan kita kalau-kalau kelemahan kita itu menimbulkan masalah dalam hubungan kita dengan orang lain. Tetapi yang tidak kalah penting adalah, kita juga harus percaya dengan orang lain. Bahwa mereka pasti akan terus mendampingi kita, sepelik apapun masalah yang akan ditimbulkan oleh kekurangan kita tersebut.

    Kalau misalnya putri merasa sulit untuk menerima kekurangan orang lain, selain putri berusaha untuk menyesuaikan diri dengan orang tersebut, putri juga semestinya percaya bahwa dia juga akan berusaha untuk mengatasi kekurangannya.
    Kepercayaan adalah salah satu core terpenting dalam suatu hubungan, bukan? :)

    Nice to talk to you too, put.
    Karena jujur aja, semenjak gw nulis komen-komen di blog ini, gw jadi lebih banyak refleksi dan introspeksi diri.. Hal yang gw jarang lakuin akhir-akhir ini. Kalo ngomong langsung, bener banget kemungkinan ga bakal keluar apa yang mau gw omongin. Meskipun terkadang keluar juga sih, walaupun ga sering hahaha. Tapi masalahnya mungkin karena gw susah milih kata, terus kalo ngomong itu biasanya emosi gw kebawa suasana topik pembicaraan, jadinya sering pusing sendiri -_-

    ReplyDelete